MAKALAH KELOMPOK
BOTANI TUMBUHAN RENDAH
“PHYCOMYCOTA”
DISUSUN
OLEH KELOMPOK 2:
1. M.
MUSTARSIDIN (
E1A015030 )
2. MUH.
ILHAM ZARQONY (
E1A015036 )
3. NOVA
LISTIANA (
E1A015045 )
4. SITI
NURHALIZA (
E1A015056 )
KELAS B/ IV
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Phycomicota” ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan di dalamnya.
Ucapan
terimakasih penyusun ucapkan kepada IbuDra. Hj. Nur Lestari, M.Pdselaku Dosen mata kuliah Botani
Tumbuhan Rendah yang telah memberikan tugas ini kepada kami serta kepada semua pihak
yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Kami sangat berharap makalah ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
Phycomicota. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Mataram, 17 Mei
2017
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………...........................................................
i
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………. ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG……………………………………………………………….. 1
B.
RUMUSAN
MASALAH…………………………………………………………….. 2
C.
TUJUAN……………………………………………………………………………...
2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PHYCOMYCOTA……………………………………………………………………
3
B.
KARAKTERISTIK
PHYCOMYCOTA……………………………………………... 4
C.
CARA
PERKEMBANGBIAKAN (REPRODUKSI)………………………………... 5
D.
KLASIFIKASI
PHYCOMYCOTA………………………………………………….. 6
E.
CONTOH,
PERANAN DAN DAMPAK DARI JAMUR PHYCOMYCOTA………11
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN……………………………………………………………………….
13
B.
SARAN………………………………………………………………………………..13
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………...
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jamur merupakan kelompok tumbuhan eukariotik
berthalus. Jamur berbeda dengan tumbuhan pada umumnya. Jamur tidak memiliki
akar, daun, dan batang layaknya tumbuhan. Jamur juga tidak memiliki
kormotofora, sehingga umumnya tidak memiliki warna. Sebab jamur tidak
berklorofil, jamur menyerap
zat organik dari lingkungan (heterotrof) kemudian disimpan dalam bentuk
glikogen melalui benang-benang halus sebagai struktur vegetatif (hifa) yang
termodifikasi menjadi haustoria. Kumpulan hifa akan membentuk miselium.
Jamur
memiliki spora yang beragam. Spora adalah produk aseksual jamur. Spora jamur
umumnya multiseluler, namun ada sebagian bersifat uniseluler. Apabila kondisi
habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora
aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat
yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa.
Sedangkan, reproduksi secara seksual pada jamur terjadi melalui kontak
gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami,
yaitu persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap
pertama adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah
kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing
induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam
sel dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga
beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera
melakukan pembelahan meiosis (Mahendra and Pridge, 2009).
Jamur
memiliki memiliki berbagai peran bagi manusia. Contoh peran merugikan jamur seperti Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan penyakit rebah
semai, dan Albugo merupakan parasit
pada tanaman pertanian. Tidak semua jamur memiliki peran
merugikan bagi manusia. Ada juga jamur yang menguntungkan dalam kehidupan manusia. Jamur yang
menguntungkan meliputi berbagai jenis antara lain, Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai bahan pangan
berprotein tinggi, Rhizopus dan Mucor berguna dalam industri bahan
makanan, yaitu dalam pembuatan tempe dan oncom, khamir Saccharomyces berguna sebagai fermentor dalam industri keju, roti,
dan bir, Higroporus, dan Lycoperdonperlatum berguna sebagai
dekomposer.
Berdasarkan
berbagai sifat dan peran jamur yang sangat beragam, penting bagi manusia untuk
mengidentifikasi jamur secara lebih intensif dari sebelumnya. Upaya tersebut
akan mengakibatkan semakin luasnya pengetahuan yang dimiliki dan pemanfaatan
jamur secara tepat bagi kebutuhan manusia.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
yang dimaksud dengan jamur Phycomycota?
2. Bagaimana
karakteristik jamur Phycomycota?
3. Bagaimana
cara perkembangbiakan dari jamur Phycomycota?
4. Bagaimana
klasifikasi dari jamur Phycomycota?
5. Apa
saja contoh dan peranan Phycomycota?
C. TUJUAN
1. Mengetahui
apa yang dimaksud dengan jamur Phycomycota.
2. Mengetahui
karakteristik jamur Phycomycota.
3. Mengetahui
cara perkembangbiakan dari jamur Phycomycota.
4. Mengetahui
klasifikasi dari jamur Phycomycota.
5. Mengetahui
contoh dan peranan Phycomycota.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PHYCOMYCOTA
Jamur
merupakan kelompok tumbuhan eukariotik berthalus. Jamur berbeda dengan tumbuhan
pada umumnya. Jamur tidak memiliki akar, daun, dan batang layaknya tumbuhan.
Jamur juga tidak memiliki kromatofora, sehingga umumnya tidak memiliki warna.
Sebab jamur tidak berklorofil, jamur menyerap zat organik dari lingkungan (heterotrof) kemudian
disimpan dalam bentuk glikogen melalui benang-benang halus sebagai struktur
vegetatif (hifa) yang termodifikasi menjadi haustoria. Kumpulan hifa akan
membentuk miselium. Jamur ada yang memiliki hifa bersekat dan ada juga yang
tidak bersekat. Hifa tidak bersekat memiliki banyak inti di dalamnya.
Phycomycota merupakan kelompok jamur yang memiliki hifa tidak bersekat.
Phycomycota disebut juga
fungi “alga” (Yunani: phyco = alga). Hal ini disebabkan adanya kemiripan secara morfologi dengan alga
hijau. Menurut para ahli mikologi dan algologi merupakan turunan alga. Alga
tersebut diasumsi memiliki sifat parasit dan saprofit, sehingga kehilangan
kemampuan untuk membentuk klorofil. Sebenernya, beberapa hidup di air dan
beberapa hidup di darat. Yang hidup di air biasanya dinamakan kapang air.
Mereka membentuk spora berflagela (zoospore) dan atau gamet (Jhon, 2013: 872).
Dua kapang air yang lazim ialah Saprolegnia dan Achlya. Cara yang dapat diandalkan untuk mengamati organisme ini
ialah dengan mencelupkan beberapa butir nasi dalam wadah berisikan air kolam.
Beberapa hari kemudian akan tampak miselium di sekitar butiran tadi dan akan
tumbuh ke dalam air.
Phycomycota
darat tidak mempunyai spora motil ataupun gamet motil. Sporanya disebar dengan
bantuan udara. Anggota klasik dalam kelompok ini ialah Rhizopus.
Fungi
dikelompokkan menjadi Phycomycota berdasarkan dua kriteria: (1) pembentukan
spora di dalam sporangium dan (2) bentuk hifa, yaitu tidak mempunyai septa
(diding sekat) pada hifa. Agaknya kedua kategori itu bukan dasar yang memadai
untuk menyatakan hubungan kerabatnya. Kebanyakan ahli mikologi kini menempatkan
bentuk-bentuk jamur daratnya seperti Rhizopus
ke dalam filum Zygomycota. Kapang air seperti Achlya dan Saprolegnia dimasukkan
ke dalam filum Oomycota (Jhon,
2013: 873).
B.
KARAKTERISTIK PHYCOMYCOTA
Adapun karakteristik Phycomycota
(jamur ganggang) secara umum antara lain:
a) Ciri khas untuk mengenali
Phycomycota adalah miseliumnya tidak bersekat-sekat dan warnanya putih, jika
sudah tua akan berwarna coklat kekuningan dan kebanyakan sporangiumnya berwarna
kehitam-hitaman.
b) Disebut jamur ganggang, sebab
sifatnya mirip dengan ganggang namun tidak berklorofil dan juga memiliki
cabang-cabang dan berinti banyak.
c) Disusun oleh benang-benang hifa yang
tidak mempunyai sekat pemisah (septa), tetapi bercabang banyak menjadi
misellium.
d) Cara hidupnya saprofit dan parasit
pada tanaman budidaya.
e) Reproduksi ada yang vegetatif dan generatif.
Reproduksi vegetatif, yaitu phycomycota yang
hidup di air dengan spora berflagel (zoospora), sedangkan yang hidup di darat
dengan cara sporangiospora. Sedangkan reproduksi generatif, yaitu dengan
konjugasi antara dua hifa yang berbeda muatannya.
f) Phycomycetes hidup di dalam air
umumnya sebagai parasit atau saprofit pada hewan maupun tumbuhan air, namun ada
juga yang hidup di darat.
Phycomycota
memliki miselium yang berwarna putih dan tidak mempunyai sekat-sekat, jika
setelah tua akanberubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan. Phycomycetes
memiliki sel yang telanjang dan cenderung berpisah-pisah. Hifanya bersifat
senositik atau tidak bersepta sering disebut thalus soenositik yang dapat hidup
di darat atau pada medium tertentu. Phycomycetes memiliki chlamydospora sebagai
bentuk baru dari hifa/miselium untuk bertahan pada lingkungan suboptimum.
Sebagian Phycomycetes juga mempunyai ostiole yaitu berupa lubang saluran
sporangiospora untuk keluar saat matang. Lubang ini cenderung lebih efektif
karena mampu mengetahui kecocokan sporangiospora terhadap lingkungan, berbeda
dengan sporangiospora yang langsung pecah dari sporangium secara keseluruhan.
A.
CARA
PERKEMBANGBIAKAN (REPRODUKSI)
Reproduksi jamur Phycomycota (jamur
ganggang) terjadi secara vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan secara
vegetatif yaitu phycomycota yang hidup di air
dengan spora berflagel (zoospore), sedangkan yang hidup di darat dengan
sporangiospora.Perkembangbiakan secara vegetatif (aseksual) terjadi sebagai
berikut,Phycomycetes akan
membentuk spora di dalam sporangium pada ujung hifa. Sporangium disokong oleh
sporangiosfor. Sporangium yang matang
akan pecah mengeluarkan spora. Dibantu oleh angin maupun air, spora terbawa
jauh dari kelompoknya. Spora yang keluar akan tumbuh menjadi Phycomycetes baru
bila terbawa pada lingkungan yang sesuai.
Perkembangbiakan generatif (seksual)
pada jamur ini berlangsung secara konjugasi, yaitu terjadi perpindahan materi
yang berbeda muatan. Proses konjugasi terjadi pada tubuh-tubuh hifa yang
berlainan jenis. Kedua hifa tersebut biasanya ditandai
dengan hifa (+) dan hifa (–).Hifa-hifa yang berlainan jenis akan membentuk gametangium (n)
kemudian melakukan penggabungan hingga menghasilkan zigospora (2n). Zigospora
lebih resisten terhadap lingkungan. Zigospora akan berkecambah bila cocok
dengan lingkungan dan menjadi hifa-hifa. Hifa tersebut membentuk sporangium
kemudian menghasilkan spora. Hal itu menyebabkan fase haploid cenderung lebih
panjang dibandingkan fase diploidnya.
B.
KLASIFIKASI PHYCOMYCOTA
Pengklasifikasian
Phycomycetes sebagai berikut :
Domain : Eukarya
Kingdom : Fungi
Divisio : Eumycota
Kelas : Phycomycetes
Ordo : 1. Myxochytridiales (Oipidium brassicae)
2. Chytridiales (Rhizophidium pollinis)
3.
Blastocladiales (Blastocladia)
4.
Monoblepharidales (Monoblepharis
sphaerica)
5.
Oomycetales (Saprolegnia
dioica)
6.
Zygomycetales (Mucor mucedo)
Berdasarkan tipe sporanya maka jamur ini juga dapat
dikelompokkan dalam Oomycetes dan Zygomycetes. Jamur Phycomycetes sering
hidup dalam air, sebagai parasit atau saprofit pada hewan atau tumbuhan air,
ada pula yang hidup di darat. Organisme ini memperlihatkan banyak persamaan
dengan ganggang, dan oleh karena itu sering juga dinamakan jamur
ganggang.
Jamur Phycomycetes terbagi dalam 6 Ordo, yaitu
Ordo Myxochytridiales, Ordo Chytridiales, Ordo Blastocladiales,Ordo Monoblepharidiales,
OrdoZygomycetes dan Ordo
Oomycetes.
1. Bangsa Myxochytridiales
Sel-selnya telanjang dan
terpisah-pisah, kebanyakan hidup sebagai parasit atau tumbuhan air yang
bertingkat rendah, tetapi ada juga yang hidup pada tumbuhan darat. Myxochytriales mengeluarkan sel-sel berflagel
kecil dengan satu atau dua bulu cambuk. Melihat protoplasmanya yang tidak
berdinding itu dapat kita tarik kesimpulan, bahwa organisme ini dekat dengan Myxomycetes dan flagellate. Myxochytridiales
merupakan golongan cendawan yang paling sederhana dan paling rendah tingkat
perkembangannya, oleh sebab itu juga dinamkan cendawan purba (Archimycetes). Contohnya: Olpidium
brassicae dan Plasmodiophora brassicae.
Bangsa Myxochytridiales terdiri dari dua suku yaitu:
a. Olpidiaceae
Sel-sel vegetative telanjang, seluruhnya dapat berubah
menjadi zoosporangium yang berdinding atau berubah menjadi suatu sel awetan.
Zoospore mempunyai satu bulu cambuk,
misalnya Olpidium brassicae.
Sel-sel nya berflagel dengan satu bulu cambuk yang opistokon (kearah belakang)
masukl dalam sel-sel daun kubis dengan membuat lubang pada sel (dengan
perantara enzima), lau hidup ameboid sebagai parasit dalam sel tadi. Setelah
intinya berulang-ulang mengadakan pembelahan, kemudian membentuk dinding dari
kitin, membuat tonjolan yang menembus sel-sel inang sampai di luar, akhirnya
mengeluarkan sel-sel berflagel yang dapat menginfeksi sel daun-daun kubis lain.
Sel-sel berflagel itu dapat juga berkopulasimenjadi suatu zigot telanjang
dengan dua bulu cambuk dengan masuk ke dalam sel inang dan di situ berubah
menjadi sel awetan. Kedua intinya bersatu dalam musim semi di tahun berikutnya
dan kemudian (mungkin sekali dengan pembelahan reduksi) mengeluarkan banyak
sekali sel-sel berflagel. Jamur ini biasaya merupakan penyakit pada tanaman
kubis (Brassica oleraceae) yang masih kecil.
b. Plasmodiophoraceae
Tingkatan vegetative tidak mempunyai dinding sel, hidup
terpisah-pisah atau mengumpul merupakan semacam plasmodium yang berinti bnayak
, yang haploid, dan setelah terjadi peleburan inti, lalu mengadakan pembelahan
reduksi dan menjadi spora yang setelah berkecambah menjadi suatu sel berflagel
dengan satu bulu cambuk atau dua yang heterokon. Contoh nya Plasmodiophora brassicae, juga merupakan
penyakit pada kubis (Brassica oleracea).
2.
Bangsa Chytridiales
Dari
organism ini, yang rendah tingkat perkembanganya, hidup sebagai saprofit atau
parasit pada tumbuhan dan binatang air. Sel-sel nya mempunyai dinding yang
terdiri atas kitin. Beberapa contoh dari bangsa ini ialah:
-
Rhizophidium
pollinis , hidup sebagai badan-badan bulat dalam air, mengeluarkan haustorium untuk
mengambil makanannya dari serbuk dari
pohon pinus yang jatuh dalam air. Pembiakan aseksual dengan zoospore
yang mempunyai satu bulu cambuk yang opistokon.
-
Rhizopidium
goniosporum. Pembiakan aseksual melalui perkawinan gamet jantan
kecil melekat pada suatu sel betina. Zigot
membuat dinding Yang kuat, akhirnya akan berkecambah dan mengeluarkan
zoospore
-
Polyphagus
euglenae, hidup sebagai parasit pada euglena. Pada pembuiakan seksual, sel-selnya
ada yang lalu berubah menjadi gametangium jantan dan gametangium betina.
Perkawinan terjadi dalam saluran kopulasi dekat dengan gametangium jantan dan
kemudia membesar. Zigot mempunyai dua inti dengan dinding yang kuat. Sebelum
perkecambahan, kedua inti dalam zigot itu bersatu, diikuti oleh pembelahan
reduksi, dan zigot itu akhirnya mengeluarkan banyak zoospore.
Reproduksi
jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif). Secara
aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya
dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi
habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora
aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat
yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa.
Reproduksi
secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak
gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua
individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami
(peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti).
Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi
tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau
miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun.
Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan
meiosis.
3.
Bangsa Blastocladiales
Dari golongan ini warga yang rendah
tingkat perkembanganya masih sangat menyerupai Chytridiales, misalnya Blastocladiaceaevariabilis
dan Allomyces javanicus (suku Blastocladiaceae), kedua-duanya hidup
dalam tanah basah, mempunyai miselium yang bercabang dengan dinding kitin. Pada
pembiakan generative terbentuk satu atau beberapa gametangium mengeluarkan
banyak gamet dengan satu bulu cambuk. Yang masih rendah tingkatannya mempunyai
gamet betina dan jantan yang sama (isogamete).
Pada Allomyces terdapat
anisogami. Sehabis kopulasi zigot itu tumbuh menjadi individu yang seringkali
serupa dengan individu permulaan, tetapi yang tumbuh dari zigot ini adalah
suatu sporofit. Padanya terdapat sporangium yang menghasilkan zoospore. Sangat
boleh jadi zoospore bersifat diploid. Jadi pada Blastocladiales terdapat pula
pembiakan seksual dan aseksual yang terjadi pada dua individu yang terpisah.
Kedua individu itu meruapakan keturunan yang bergiliran secara teratur. Melihat
sel-sel berflagel dengan satu bulu cambuk yang opistokon dan diding selnya yang
terdiri atas kitin, diduga bahwa Blastocladiales berasal dari Chytridiales.
4.
Bangsa Monoblepharidales
Tubuh organisme ini berupa
benang-benang halus, bercabang-cabang tidak bersekat, jadi merupakan suatu pipa
dengan banyak initi. Dinding terdiri atas selulosa. Hidupnya dalam air pada
sisa-sisa tumbuhan. Pembiakan aseksual dengan zoospora yang mempunyai satu bulu
cambuk yang opistokon. Zoospore terbentuk dalam sporagonium yang berbentuk
gada. Pembiakan generative melalui oogami. Oogonium terdiri atas ujung hifa
yang membesar dan membulat dan terpisah oleh suatu sekat. Pada Monoblepharidales
tidak ada pergiliran keturunan, karena gemet dan sporangium terbentuk pada
satu individu. Monoblepharidales meliputi suku Monoblepharidaceae yang
mencakup antara lain Monoblepharis sphaerica dan Monoblepharis
polymorpha.
5.
Bangsa Oomycetales
Reproduksi asexual (somatic vegetatif) dapat berlangsung melalui dua proses
yaitu sporulasi dan mycelia terpotong. Dari kedua proses tersebut, reproduksi
melalui proses sporulasi umumnya lebih produktif. Hampir sebagian besar jenis jamur akuatik
mampu memproduksi spora (zoospora) berflagel dan dapat berenang bebas sehingga
sangat efektif untuk penyebarannya. Spora dari jamur parasitik (obligat atau
fakultatif) merupakan unit penginfeksi primer, resisten terhadap panas,
kekeringan, dan desinfektan serta mampu melawan mekanisme pertahanan tubuh
inang.
Miselium terdiri atas hifa-hifa tidak bersekat, bercabang-cabang dan
mengandung banyak ini. Sebagian hidup dalam air sebagian hidup di darat. Cara
hidupnya ada yang sebagai saprofit ada yang sebagai parasit. Contoh: Saprolegnia dioica, Sclerospora javanica (Sclerospora
maydis ), Pyhiaceae nicotianae, P. Infestans, dan lain – lain.
Reproduksi jamur dapat berlangsung secara sexual dan asexual. Reproduksi sexual
dapat berlangsung melalui: zygospora, oospora, ascospora atau basidiospora.
Reproduksi sexual berlangsung melalui penggabungan inti dari dua sel
(antheridium + antheridial) untuk menghasilan oogonium atau bakal jamur.
6.
Bangsa Zygomycetales
Terutama terdiri atas cendawan yang
hidup sebagai saprofit,dengan miselium yang bercabang banyak,sebagian tidak
bersekat,tetapi untuk golongan tertentu telah memperlihatkan sekat-sekat.
Dinding selnya terdiri atas kitin. Pembiakan aseksual disesuaikan dengan hidup
di darat. Mucor,saprofit yang banyak kedapatan pada sisa – sisa makanan yang banyak
mengandung karbohidrat. Misalnya :
Mucor mucedo, Mucor javanicus, Chlamydomucor oryzae, Rhizopus oryzae, R.
nigricans, R. stolonifer.
C. CONTOH DAN PERANAN DARI PHYCOMYCOTA
1. Beberapa
contoh Phycomycetes:
a.
Phytophtora, kebanyakan spesies berupa parasit
pada tumbuh-tumbuhan tomat, kentang, tembakau, karet, dan sebagainya.
b.
Saprolegnia. Saprofit yang banyak kedapatan di
dalam air dan tanah yang basah. Ada juga yang menjadi parasit pada ikan dan
insekta.
c.
Mucor. Saprofit yang banyak kedapatan
pada sisa-sisa makanan yang banyak mengandung karbohidrat. Diantara beberapa
spesies, maka Mucor mucedo-lah yang
terkenal. Mucor berkembang biak
dengan dua jalan, yaitu dengan spora yang semacam saja dan spora-spora yang
berlainan jenis. Spora-spora yang sejenis itu dihasilkan oleh sporangium yang
tumbuh pada ujung hifa. Mula-mula ujung suatu hifa menggelembung, kemudian
protoplast yang ada di dalam gelembung itu membelah diri menjadi spora. Jika
spora-spora itu sudah dewasa, maka pecahlah sporangium, sehingga spora-spora
tersebut bertebaran kemana-mana.
d.
Rhizopus. Beberapa
species hidup sebagai saprofit dan beberapa lagi hidup sebagai parasit pada
tumbuh-tumbuhan. Rhizopus nigricans
kedapatan dimana-mana. Semula miseliumnya tampak seperti sekelompok kapas,
lama-kelamaan koloni menjadi berwarna kehitaman karena banyaknya sporangium dan
spora. miselium pada Rhizopus terbagi
atas stolon, yang menghasilkan alat-alat serupa akar (rhizoida) dan
sporangiosfor.
2.
Peranan
Jamur Phycomycota:
Phycomycetes memiliki beberapa peranan
penting. Contohnya adalah Rhizopus oryzae yang memiliki manfaat pada
pembuatan tempe serta sake. Telah diketahui kira-kira 400 spesies jamur yang
dapat menyerang serangga dan tungau. Hampir semua jamur entomopatogen (patogen
serangga) tergolong dalam kelompok jamur Phycomycetes dan Deuteromycetes. Jamur
entomopatogen yang sudah banyak dikenal adalah Beauvaria bassiana dan Metarhiziumanisopliae.
Oleh karena pertumbuhan jamur-jamur entomopatogen memerlukan lengas nisbi udara
yang tinggi maka prospek penggunaannya sebagai mikoinsektisida akan lebih efektif
di daerah tropika. Beberapa jenis jamur juga dapat menyerang dan hidup sebagai
parasit nematoda, di antaranya Verticillium spp., Meria spp., Harposporium
anguillulae dan Paecilomyces lilacinus (endoparasit), Arthrobotrys
dactyloides, Dactylella bembicoides dan Dactylaria bronchopaga (hifa
penjerat), Dactylella tylopaga, Pagidospora amoebophila dan Nematoctonus
sp. (tonjolan hifa bulat yang lengket) dan A. oligospora (jejaring
tonjolan- tonjolan hifa lengket yang kompleks). Phytophthora infestans memiliki
peran dalam munculnya penyakit hawar daun dan busuk daun pada umbi tanaman
kentang. Oipidium brassicae juga sebagai penyebab penyakit damping
off pada kubis.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Jamur adalah kumpulan tumbuhan eukariotik berthalus.
Jamur juga tidak memiliki kormotofora, sehingga umumnya tidak memiliki warna.
Sebab jamur tidak berklorofil, jamur menyerap zat organik dari lingkungan (heterotrof) kemudian
disimpan menjadi glikogen melalui haustoria (modifikasi hifa). Jamur memiliki
hifa bersekat dan tidak bersekat. Hifa tidak bersekat memiliki banyak inti di
dalamnya. Phycomycetes merupakan kelompok jamur yang memiliki hifa tidak
bersekat.
Phycomycetes
hidup di dalam air umumnya sebagai saprofit atau parasit pada hewan maupun
tumbuhan air, namun ada juga yang hidup di darat. Phycomycetes memiliki bentuk
tabung berisi plasma dengan banyak inti. Hifa Phycomycetes bersifat soenositik.
Phycomycetes berkembangbiak dengan aseksual dan seksual. Secara aseksual, hifa
Phycomycetes akan membentuk spora di dalam sporangium pada ujung hifa.
Sporangium disokong oleh sporangiosfor.
Sporangium yang matang akan pecah mengeluarkan spora. Dibantu oleh angin
maupun air, spora terbawa jauh dari kelompoknya. Spora yang keluar akan tumbuh
menjadi Phycomycetes baru bila terbawa pada lingkungan yang sesuai.
Perkembangan seksual Phycomycetes dengan cara konjugasi. Hifa-hifa yang
berlainan jenis akan membentuk gametangium (n) kemudian melakukan penggabungan
hingga menghasilkan zigospora (2n). Zigospora lebih resisten terhadap
lingkungan. Zigospora akan berkecambah bila cocok dengan lingkungan dan menjadi
hifa-hifa. Hifa tersebut membentuk sporangium kemudian menghasilkan spora. Hal
itu menyebabkan fase haploid cenderung lebih panjang dibandingkan fase
diploidnya.
Phycomycetes
memiliki peran bagi manusia yaitu Rhizopus
oryzae bermanfaat untuk pembuatan tempe dan sake. Verticillium spp. bermanfaat sebagai entomopatogen (patogen
serangga). Hampir semua jamur entomopatogen tergolong jamur Phycomycetes dan
Deuteromycetes. Pertumbuhan jamur entomopatogen memerlukan lengas nisbi udara
tinggi dan lebih efektif di daerah tropika.
Phytophthora infestans memiliki peran dalam munculnya
penyakit hawar daun dan busuk daun pada umbi tanaman kentang. Oipidium brassicae
penyebab penyakit damping off pada
kubis.
B.
SARAN
-
DAFTAR PUSTAKA
Kimball, Jhon,W. 2013. BIOLOGI JILID TIGA EDISI KELIMA. Jakarta:
Erlangga.
Mahendra R and Bridge PD. 2009. Applied Mycology. British Library: UK.